Majalengka – Bukit Mercury Sayang Kaak di Majalengka Jawa Barat memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Pemandangan terasering yang menjadi salah satu ikon wisata ‘kota angin’ mengelilingi bukit di ketinggian 1.600 Mdpl ini.
Bukit Mercury Sayang Kaak berada di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Dari bukit ini, siapa pun bisa melihat jelas puncak Gunung Ciremai.
Udara di Bukit Mercury Sayang Kaak juga begitu terasa sejuk. Hal ini membuat siapapun yang datang makin betah berlama-lama.
Selain pemandangan yang indah, di Bukit Mercury Sayang Kaak juga banyak wahana bermain seperti ayunan di ketinggian dan spot foto. Pengunjung yang datang juga bisa berkemah di bukit ini.
Bukit Sayang Kaak menjadi tempat wisata yang hit di Majalengka. (Foto: Bima Bagaskara/detikcom)
Bahkan saking hitnya Bukit Mercury Sayang Kaak di kalangan wisatawan, tempat wisata yang bernaung di Desa Tejamulya, Kecamatan Argapura, ini masuk nominasi wisata baru terpopuler Anugrah Pesona Indonesia (API) Award 2020. Bukit Mercury Sayang Kaak bersaing dengan sembilan tempat wisata lainnya dari seluruh Indonesia di antaranya Maluku, Kupang, Jayapura, Natuna dan Bangka.
Di balik keindahan Bukit Mercury Sayang Kaak ini tak lepas dengan mitos. Nama Sayang Kaak memiliki arti Sarang Gagak. Konon katanya, bukit tersebut dahulu merupakan kerajaan burung gagak.
Warga sekitar Bukit Mercury Sayang Kaak mengaku dulunya melihat banyak burung gagak yang sering mampir ke rumah warga. “Dari dulu orang tua di sini sering dihampiri burung gagak yang berasa dari bukit. Dulunya di Bukit Mercury ini merupakan sarang burung gagak,” kata Atang, selaku Ketua Mitra Pariwisata Gunung Ciremai Bukit Mercury, Minggu 27 September 2020.
Meski seringkali mampir di rumah warga, ujar Atang, burung gagak tersebut tidak pernah mengganggu. Cerita turun menurun nan melekat ini menyebutkan bahwa gagak penghuni Bukit Mercury itu bukanlah burung sungguhan.
“Kalau orang tua dulu melihatnya bukan burung sungguhan, tapi saya sendiri kurang tahu persis maksudnya gimana karena sekarang burung-burung itu sudah tidak ada,” tutur Atang.
Meski gagak di Bukit Mercury Sayang Kaak saat ini sudah tidak ada, namun mitos soal burung siluman itu masih bertahan hingga kini. Untuk mengabadikan mitos tersebut, pihak pengelola Bukit Mercury Sayang Kaak sengaja memasang patung burung gagak di pintu masuk.
Pengunjung yang ingin datang ke Bukit Mercury Sayang Kaak dapat menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua. Namun khusus untuk roda empat, pengunjung wajib berhati-hati saat melalui jalur sempit di tengah terasering tanaman bawang. Harga tiket masuknya, setiap pengunjung dikenakan biaya Rp 15 ribu. Untuk berkemah harus membayar Rp 20 ribu per orangnya.
Leave a Reply