Medan – Derap kuda biasanya terdengar jika ada kuda yang melintas di dekat kita. Namun apa jadinya jika terdengar derap kuda tanpa ada kuda yang melintas sama sekali? Hal itulah yang disebut kerap terjadi di daerah sekitar makam keramat kuda.
Lokasi makam ini berada di Desa Amplas, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut). Makam Keramat Kuda menjadi salah satu lokasi keramat yang sering didatangi warga.
Makam ini berada di area perbukitan dan ditandai dengan pohon terbesar yang ada di wilayah itu. Pohon itu langsung terlihat sejak memasuki Jalan Datuk Keramat Tualang Puso atau sekitar 1 km dari tempat makam berada.
Warga setempat mempercayai lokasi ini dipenuhi hal mistis. Ada pula sejumlah warga yang mengaku pernah mengalami hal mistis secara langsung.
Sebenarnya, siapa yang dimakamkan di lokasi ini?
Makam ini merupakan tempat Datuk Alang Tualang Puso Syekh Abdullah dikuburkan. Syekh Abdullah ini dipercaya sebagai seorang pembawa agama Islam di Sumatera Utara.
“Makam ini kan makam tokoh agama, membawa Islam, ini perjalanannya sama dengan Syekh Mahmud, yang di Barus (Tapanuli Tengah). Mereka sahabatan. Di sini makam Syekh Abdullah,” kata penjaga makam, Syahrial, di lokasi Minggu (29/11/2020).
Dia mengatakan banyak orang datang untuk berziarah ke makam ini. Namun ada pula sebagian yang melakukan hal terlarang seperti pesugihan. Syahrial mengatakan ada orang-orang yang percaya makam ini menyimpan banyak hal gaib sehingga mereka mencari peruntungan.
“Kadang ada yang menyalah, saya di sini nasihati, ziarah aja jangan macam-macam. Tapi ada aja yang menyalah, macam pemujaan, mencari harta karun, mencari benda-benda gaib, digunakan yang untuk yang salah ya. Ada juga yang untuk perjudian, jimat. Di sini yang diambil mereka macam-macam, tanah, batu, mustika-mustika. Ada yang katanya paranormal juga kemari, mencari kekuatan dan mengetes, dari luar dia kebal sampai di sini tak ada,” ucap Syahrial.
Syahrial menyebut lokasi makam ini dulunya salah satu benteng kerajaan. Raja saat itu disebut ikut berguru dengan Syekh Abdullah. Dia mengatakan raja tersebut memiliki tujuh panglima sebagai pengawalnya.
Salah satunya Panglima Denai, yang hingga kini menjadi salah satu nama jalan di sekitar lokasi makam. Nah, kisah Panglima Denai ini juga menjadi salah satu misteri.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, ada empat makam panglima yang berada di dekat makam Syekh Abdullah. Namun tidak ada makam Panglima Denai di situ. Panglima Denai dipercaya raib dan tidak diketahui di mana meninggalnya.
Derap Kuda Gaib Panglima Denai Sering Terdengar
Meski Panglima Denai raib secara misterius, warga mengaku kerap mendengar suara kuda milik Panglima Denai di lokasi itu. Bahkan ada yang mengaku pernah melihat kuda terbang di wilayah itu.
“Ada tujuh panglima itu. Di sini empat panglima itu dikubur, tapi Panglima Denai ini raib. Yang saya bilang tujuh panglima tadi juga berkuda tunggangan. Masyarakat sering terdengar suara kuda, tapi kudanya tak ada, masyarakat sering terlihat kuda terbang, dari pengalaman saya juga ada,” ucap Syahrial.
Tidak hanya suara kuda, Syahrial juga menyebut warga sekitar sering melihat hal-hal gaib lainnya. Dia mengatakan ada warga yang mengaku pernah melihat Genderuwo atau jin yang berbentuk besar dan menyeramkan lainnya.
“Kuda itu yang baiknya, ada juga yang nggak. Jin besar, genderuwo besar. Warga sering kejumpaan juga, sampai sakit,” jelas Syahrial.
Salah satu warga yang tinggal tak jauh dari lokasi itu juga mengaku kerap melihat kejadian-kejadian gaib di wilayah ini. Dia mengatakan derap kuda itu kerap terdengar saat Selasa atau Jumat kliwon.
“Ya memang begitu, kalau soal kuda kurasa memang semua warga tahu ya. Apalagi kalau udah Selasa dan Jumat Kliwon, itu sering terdengar,” ucap Ucok.
Suasana di area sering terdengar derap kuda gaib. (Ahmad Arfah/detikcom)
Ucok mengaku tidak terlalu khawatir dengan hal-hal gaib di wilayah tersebut. Dia berharap warga tetap beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing agar dan tak mengalami dampak negatif dari hal-hal gaib di wilayah itu.
“Kita kan berharap tidak berdampak ke kita, itu aja. Yang penting beribadah tetap,” kata Ucok.
Kepala Desa Amplas, Edi Purwanto, juga mengatakan dia sering mendengar cerita dari warga yang mengaku mengalami hal-hal gaib. Dia mengatakan cerita yang paling sering didengarnya dari warga adalah derap kuda dan penampakan kuda terbang. Selain itu, dia mengatakan lokasi makam Keramat Kuda juga sering dijadikan tempat pesugihan.
“Kalau suara kuda, kuda terbang sering mereka cerita sama saya. Tempat itu memang sering juga dijadikan tempat pesugihan ya, ada yang nyari nomor keberuntungan juga. Orang-orang yang cerita sama saya selalu mengaku nomor yang dia dapat dari makam keluar besok harinya,” kata Edi.
Edi mengatakan bukit tempat makam keramat itu sempat mau dihancurkan, namun hal itu gagal karena alat berat yang digunakan untuk meratakan tempat itu rusak. Ada juga orang yang tewas saat akan membawa tanah dari lokasi makam dengan truk.
“Kemarin mau diratakan itu, cuma kerukan backhoe-nya itu patah. Ada juga kemarin truk pembawa tanah lokasi itu kan, meninggal keneknya terlindas saat istirahat di bawah truk. Itu semua warga kaitkan dengan hal-hal dari makam keramat itu,” tuturnya.
Makam Biasa dan Asumsi Warga
Antropolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Erond L Damanik, mengatakan makam yang ada di lokasi makam Keramat Kuda adalah makam biasa. Dia mengatakan makam di lokasi tersebut merupakan makam kerabat dari Kedatukan Denai.
“Makam itu dilestarikan di sana, dianggap suci, keramat, dan bertuah. Saya mau bilang, itu hanya makam biasa sebenarnya. Itu hanya salah satu kerabat dari Kedatukan Denai. Salah satu leluhur Kedatukan Denai di era kerajaan, Kesultanan Melayu Deli. Melayu Deli itu kan punya lima kedatukan, misalkan Denai, Percut, Sepuluh Dua Kuta di Sunggal, baru Labuhan Deli. Jadi kalau itu tidak terbantahkan dari segi arkeologinya, dari segi sejarahnya,” ucap Erond.
Dia kemudian menyoroti soal perilaku warga yang kerap melakukan pesugihan di makam. Menurutnya, hal ini merupakan bagian dari perilaku keagamaan masyarakat Indonesia.
“Itu soal perilaku keagamaan masyarakat kita di Indonesia. Nah, di Indonesia itu kan sering sekali makam leluhur, apalagi dikenal sebagai pembesar dahulu, apa dia itu kiai, entah dia itu ulama ataupun primus inter pares macam SM Raja. Di mana-mana makam bertuah begitu dijadikan untuk bersesaji. Meminta bantuan, meminta rezeki, kesehatan, keturunan dan lainnya. Dan itu bagian daripada praktik keagamaan di Indonesia,” ucapnya.
Erond mencontohkan soal warga yang sering berziarah ke makam di Barus ataupun makam para Presiden RI, dari Sukarno, Soeharto, sampai Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dia menyebut ada warga yang kerap berziarah dengan memberi sesajen di makam-makam para tokoh tersebut.
“Jadi tafsir anggapannya masyarakat kita, seperti saya berkunjung ke masyarakat Blitar atau saya berkunjung ke Makam Papan Tinggi di Barus, masyarakat juga menziarahi makam itu, memberikan sesajen, meminta sesajen. Makamnya Sukarno juga begitu, makamnya Gus Dur, Pak Harto juga begitu. Jadi memang ada pemikiran di masyarakat kita memandang bahwa ketika sepanjang hidupnya seseorang dikenal menonjol di masyarakat maka ketika dia meninggal pun itu ditafsirkan memiliki pengaruh yang luar biasa bagi orang yang menghormati makamnya. Dari sisi antropologi tidak menyalahkan perilaku itu tapi membongkar kenapa masyarakat melakukan itu,” tuturnya.
Terakhir, Erond menyebut hal-hal gaib yang diceritakan warga sekitar Keramat Kuda hanya sekadar asumsi. Dia mengatakan tak ada yang bisa membuktikan peristiwa itu benar-benar terjadi.
“Itu sebenarnya asumsi daripada masyarakat kita yang menganggap makam itu bertuah, itu relevan dengan masa hidup yang bersangkutan terkait persoalan gaib. Itu hanya asumsi, kan nggak ada yang bisa membuktikan hal itu,” paparnya.
Leave a Reply