Malang – Misteri bangunan seperti makam di ujung jembatan Jalan Majapahit, Kota Malang sedikit terkuak. Pemerhati budaya menyebut itu bukan makam, tapi petilasan Eyang Sapu Jagat atau Mbah Malang.
Mbah Malang merupakan sosok yang babad alas atau yang membuka perkampungan pertama kali, di sisi utara Sungai Brantas.
“Itu bukan makam, tapi petilasan. Yakni petilasan dari Eyang Sapu Jagat atau Mbah Malang,” ungkap Pemerhati Budaya, Sri Untari saat berbincang dengan detikcom, Jumat (19/11/2021).
Untari coba mengungkap sosok Mbah Malang. Dia menyebut, Mbah Malang merupakan seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam cikal bakal daerah Malang.
“Beliau yang babad alas, dan kemudian menjadikan sebuah perkampungan yang kini bernama Malang ini,” ungkapnya.
ntari menyampaikan, tidak ada catatan soal Mbah Malang sebagai penggerak babad alas daerah Malang. “Beliau ada sebelum Islam klasik,” terangnya.
Ia menambahkan, adanya nisan di ujung jembatan Jalan Majapahit hanya untuk mengingat jasa Mbah Malang, sebagai leluhur dan menjadi sosok cikal bakal daerah Malang.
“Intinya kita wajib menghormati jasa para leluhur. Di sanalah kita jadikan penanda, jika beliau pernah singgah atau berada di sana,” tambahnya.
Sebelumnya, Pakar Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Reza Hudiyanto menuturkan, tidak ada catatan sejarah mengenai keberadaan bangunan seperti makam tersebut.
“Untuk yang itu (makam), belum ada informasi. Kalau ditanya, saya harus tahu riwayat makamnya kayak apa. Ini kami tidak punya riwayatnya,” kata Reza, Sabtu (13/11).
Minimnya catatan sejarah dari bangunan yang diduga makam ini, membuatnya berasumsi bisa saja bangunan itu dibuat agar tidak digusur. Maka julukan shadow makam disematkan Reza kepada bangunan itu.
“Makam itu shadow makam, makam pura-pura, biar nggak digusur, namanya kekuatan yang sudah mati, atau memang dibuat, karena tahu di Jawa khususnya, dan masyarakat Indonesia punya kepercayaan berlebihan kepada makam, sehingga itu dimanfaatkan, dieksploitasi,” terangnya.
Menurut Reza, jika dikaitkan dengan Splendid Inn atau yang sekarang bernama Wisma Tumapel, yang dibangun tahun 1923, juga belum ada catatan soal keberadaan dari makam tersebut.
“Wisma Tumapel 1923 makamnya harus sebelum itu. Kalau bicara makam itu pembuktiannya susah kalau mau dibuktikan harus kita bor, dalam itu ada struktur tanah yang berbeda tidak di bawah kijing itu. Itu yang kita enggak tahu dan enggak pernah membuktikan,” tuturnya.
Leave a Reply