Medan – Hantu wanita bergaun merah di pintu 4 Universitas Sumatera Utara (USU) hingga kini masih menjadi misteri. Beberapa orang mengaku pernah melihat hantu tersebut, tetapi sebagian orang lainnya menganggap hantu itu tidak ada.
Pintu 4 USU ini adalah pintu paling ujung sebagai akses masuk ke USU. Pintu ini berada di samping Jalan Pembangunan, Kecamatan Medan Batu, Kota Medan.
detikSumut mencoba untuk mendatangi pintu 4 USU itu pada malam hari. Sekilas, mungkin tidak ada hal yang aneh di lokasi yang konon katanya menjadi tempat hantu wanita bergaun merah sering menampakkan wujudnya.
Namun, cerita wanita bergaun merah yang sudah menjadi cerita dari mulut ke mulut tetap membuat bulu kuduk merinding. Apalagi, pada malam hari, sudah tidak banyak aktivitas di pintu 4 itu. Mahasiswa yang lalu lalang juga hanya beberapa saja.
Pohon-pohon besar yang berada tak jauh dari pintu masuk pintu 4 itu cukup banyak. Konon, hantu bergaun merah itu kerap menampakkan wujudnya di pohon-pohon itu. Pohon besar itu persis berada di dekat stadion mini USU. Lokasi itu juga berdekatan dengan lapangan tenis.
Pepohonan yang rindang semakin menambah keseraman lokasi itu. Sebab, pohon yang rindang biasanya diidentikkan masyarakat Indonesia sebagai tempat makhluk halus.
Apalagi, lampu penerangan di dekat pohon besar itu hampir tak ada. Hanya ada satu lampu dari stadion mini USU yang memancar ke arah pohon-pohon besar itu.
Sementara, lampu penerangan di sekitaran jalan pintu masuk itu juga tidak banyak, tetapi ada beberapa. Jarak satu lampu dengan yang lainnya cukup jauh, sehingga jalanan tidak begitu terang, tetapi masih terlihat. Hal ini yang kian menambah suasana mistis di lokasi itu.
Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi USU bernama Winda Sari mengaku pernah melihat sosok hantu di lokasi tersebut pada Juni 2023 sekira pukul 21.00 WIB. Saat itu, dia sedang naik sepeda motor bersama seorang temannya sepulang ujian.
Winda mengatakan sosok yang diperkirakannya hantu itu duduk di sebuah parkiran di dekat Politeknik Negeri Medan (Polmed) yang juga berada di pintu 4 USU. Saat itu, kata Winda, kondisi cuaca sedang gerimis.
“Cuma selintas saja lihatnya di Polmed parkiran dekat pintu 4 itu. Duduk dia di parkiran sekitar jam 9 malam saat gerimis,” kata Winda.
Mahasiswa USU stambuk 2020 itu mengatakan hantu yang dilihatnya itu dalam posisi duduk, tapi tidak sampai menyentuh tanah. Kaki hantunya, kata dia, tidak ada. Tak hanya Winda, teman yang berboncengan dengannya juga melihat sosok itu.
“Pertama kawanku yang lihat baru dibilangnya samaku. Pokoknya dia (sosok hantu) duduk, tapi nggak sampai ke tanah, kakinya nggak ada. Hantunya nengok kami, habis itu kami menjerit, mau tancap gas, tapi lupa gimana ngegasnya karena blank,” ujarnya.
Mahasiswa USU lain bernama Ira Kesuma mengaku memang tidak pernah melihat langsung sosok hantu bergaun merah itu. Namun, dia mengatakan mempunyai pengalaman horor dengan pintu 4 USU itu.
Ira menceritakan kejadian itu berawal pada Januari 2023 saat dia dan seorang temannya baru saja pulang acara kampus sekitar pukul 24.00 WIB. Saat itu, kondisi kampus USU sudah tidak ada orang sama sekali.
Dia dan temannya lalu memesan mobil dari aplikasi untuk membawa mereka pulang. Namun, pesanannya dibatalkan berkali-kali.
Selang beberapa waktu, ada seorang sopir yang menerima pesanan itu. Mereka menunggu mobil itu di pintu 1 USU.
Setelah menerima pesanan mereka, kata Ira, sopir mobil itu terus menelepon. Ternyata, setelah bertemu dengan sopir itu, sopir bercerita bahwa dirinya menelepon karena takut pemesan mobil itu fiktif.
“Pas kami pesan, abang (sopir) itu asik menelepon. Rupanya pas sudah sampai ke mobil, masuklah kami, abang itu minta maaf karena neleponin terus karena takut yang pesan bukan orang,” kata Ira.
Sopir itu menceritakan bahwa dirinya sempat berkali-kali mendapatkan pemesan fiktif dari USU itu, apalagi tengah malam. Pemesan fiktif itu biasanya memesan dari pintu 4 USU.
“Terus kata dia (sopir) sering ada apalagi tengah-tengah malam, yang sering di pintu 4. Nanti pas sopirnya nelepon, nggak ada suaranya,” ujar Ira menceritakan pengalaman sopir itu.
Mahasiswa Sosiologi USU Jessica Panggabean mengatakan sudah mendengar isu-isu wanita bergaun merah di pintu 4 USU itu. Dia mengaku merasa biasa saja dan tidak begitu percaya. Saat lewat di lokasi itu, Jessica mengaku juga tidak merinding sama sekali.
“Aku nggak pernah ngerasa merinding kalau lewat pintu 4 USU. Sebelumnya aku sudah dengar cerita tentang kuntilanak merah ini. Setelah tahu cerita ini juga aku lewat sana enggak merinding dan biasa saja,” ujarnya dengan santai.
Ahmad Siregar, satpam di pintu 4 USU mengaku selalu merasa merinding jika berpatroli. Termasuk jika patroli di dekat pohon-pohon besar itu.
Namun, selama 1,5 tahun berjaga di situ, Ahmad mengaku belum pernah melihat sosok hantu tersebut. Dia mengaku biasanya bekerja dari pagi hingga malam.
“Kalau untuk itu (melihat) belum ada sampai sekarang, tapi kalau merinding, setiap mendekati stadion itu sering atau tiap malam kalau kita patroli. Cuman enggak yang sampai menampakkan wujudnya,” kata Ahmad.
Dia mengaku isu-isu hantu itu sempat ramai beberapa tahun lalu. Bahkan, ada yang mengaku sampai melihat sosok itu. Namun, kata Ahmad, sekarang isu wanita gaun merah itu sudah mulai berkurang, apalagi sekarang gedung yang berada di dekat pintu 4 itu sudah dioperasionalkan. Dulunya kata Ahmad, sekitaran pintu 4 USU itu masih jarang ada aktivitas.
“Dulu sih pernah (ada yang lihat), dulu marak-maraknya. Sekarang sudah mulai berkurang, ini kan fakultas sudah mulai beraktivitas, kalau dulu masih jarang, dulu tennis ini sering diapain,” kata Ahmad.
Namun, Ahmad mengaku tidak begitu mempermasalahkan soal sosok hantu itu. Menurutnya, yang terpenting hantu itu tidak mengganggunya dan dia tidak mengganggu hantu tersebut.
“Kita nggak pernah mengambil open, kita anggap dia ada di situ dan juga nggak pernah peduli dia ada di mana. Selagi kita nggak mengganggu, dan dia nggak mengganggu kita,” sebutnya.
Penjelasan Antropolog
Dosen Antropologi Universitas Negeri Medan Erond L Damanik mengatakan hingga saat ini hantu gaun merah itu hingga kini belum bisa dibuktikan kebenarannya. Dia mengatakan isu-isu itu muncul karena masyarakat tidak menemukan jawaban suatu peristiwa secara rasional.
“Sebenarnya agak sulit menjawab itu karena enggak bisa dibuktikan secara saintifik. Nah itukan dunia metafisik. Dunia-dunia metafisik seperti itu kan memang kerap kali dikonstruksi oleh manusia, karena itu kan kekurangmampuan untuk menjawab fenomena alam sebenarnya,” kata Erond.
Erond mengatakan dari informasi yang diterimanya dari temannya yang merupakan dosen di USU, bahwa dulunya ada penemuan mayat di dekat lokasi itu. Namun, dia tidak bisa memastikan apakah penemuan mayat itu memang berkaitan dengan isu wanita gaun merah itu.
“Kebetulan saya punya dosen itu banyak di Fisip di FIB, memang katanya pernah terjadi dulu di situ ada orang meninggal, sehingga orang menafsirkan pada hari ini ada misteri gaun merah di pintu 4 USU. Nah, lagi-lagi kalau kita bawa ke ranah saintifik misalnya, apakah ketika orang meninggal itu meninggalkan arwah yang gentayangan seperti itu kan enggak bisa juga dibuktikan,” ujarnya.
Erond juga masih mempertanyakan terkait apakah memang hantu itu selalu berada di suatu tempat, tidak berpindah-pindah. Termasuk mempertanyakan soal apakah hantu itu memang benar-benar menggunakan gaun merah.
“Apakah memang arwah ini juga menempati satu tempat yang tetap. Mungkin ada masyarakat yang pernah melihat gitu, tapi seperti apa (hantu) siapa dia harusnya punya identitas begitu kan, apa emang dipakai gaun berwarna merah,” kata Erond.
Erond mengatakan orang Indonesia memang memiliki karakter yang selalu mengidentikkan suatu kejadian dengan hal mistis. Misalnya, saat ada terjadi kecelakaan mengerikan di sebuah tempat, maka tempat kecelakaan itu akan menjadi angker.
“Selalu identik dengan masyarakat Indonesia, ketika nanti mobil tabrakan di tekongan, tempatnya jadi angker. Ketika nanti mayat ditemukan di pohon bambu misalnya, itu nanti jadi angker, katanya hantunya di situ,” ujarnya.
Terkait masyarakat yang pernah melihat sosok hantu di pintu 4 itu, Erond berpendapat bisa saja ada cahaya-cahaya tertentu yang pada akhirnya membentuk sesuatu yang menyerupai tubuh manusia.
“Boleh jadi semacam siluet itu kan. Misalnya, baru turun hujan, daun-daun atau tembok itu terkena air, terus terkena pencahayaan listrik. Maka, pada sudut pandang tertentu, maka mata bisa mengarah ke seperti sebuah sosok. Apalagi, sudah punya memori soal kejadian seperti itu (hantu gaun merah) di kepalanya, bahwa di situ memang ada cerita misterius. Lantas lalu kita persepsikan pernah melihat hantu itu, itu yang sering terjadi,” kata Erond.
https://www.rootsieestlasteliit.org/
Leave a Reply