Surabaya – Bagi warga Surabaya, siapa yang tak tahu dengan ‘Gedung Setan’ di Jalan Banyu Urip Wetan. Jika dilihat dari kasat mata, bangunan tua itu terlihat besar dan angker. Terlebih jika saat malam hari, terlihat gelap seperti tak berpenghuni.
Gedung Setan sendiri dulunya adalah bekas Kantor Gubernur Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Jawa Timur dan berdiri sejak tahun 1809. Setelah VOC bangkrut dan tidak lagi tinggal di Indonesia, bangunan lawas dua lantai ini menjadi milik Dokter Teng Sioe Hie.
Akan tetapi, bangunan ini tidak dijadikan tempat tinggal oleh Dokter Teng Sioe Hie. Sebab, seiring kepergian VOC, lahan kosong di kanan-kiri gedung dijadikan tempat pemakaman Tionghoa.
Oleh karena itu, warga menyebut bangunan ini sebagai ‘Gedung Setan’. Pasalnya, lokasi gedung yang usianya sudah sekitar 200 tahun berada di tengah area pemakaman Tionghoa.
“Sebutan saja ‘Gedung Setan’ itu. Dulu kan sekitar ini kuburan semua. Menjelang sore lampu ga ada, orang sekitar sini nggak berani lewat daerah sini, karena sekitaran sini kuburan, makanya disebut gedung setan, angker,” kata Ketua RT 01, Tek Hay (50) kepada detikcom, Sabtu (10/4/2021).
Meski terlihat angker dan saat malam hari gelap, ‘Gedung Setan’ ini memiliki penghuni sekitar 40 KK. Mayoritas penghuni merupakan generasi keempat pengungsi Tionghoa sejak tahun 1948.
Tek mengatakan gedung setan ini ditinggali oleh warga yang memiliki garis keturunan dari penghuni asli. Meskipun keluarga dari pemilik bangunan sendiri tidak tinggal disana.
Kondisi ‘Gedung Setan’ sendiri masih kokoh berdiri karena ketebalan dindingnya saja hampir 50 cm. Walaupun terdapat bagian tembok yang rontok, penghuni merasa nyaman tinggal di sana. Gedung tua ini terdiri dari 40 ruang yang dijadikan kamar.
“Kita penghuni, ada bayar PBB, ndak ngontrak. Cuman warganya segini, ndak bisa nambah,” ujarnya.
Menariknya, di dalam ‘Gedung Setan’ ini terdapat gereja dengan luas sekitar 15×15 meter yang berada di lantai dua. Terdapat poster gambar Yesus menempel di dinding. Di ruangan ini tampak lebih terang. Dari kaca jendela terlihat fly over Banyu Urip yang dilintasi pengendara.
Dari pantauan detikcom, di dalam gereja juga terdapat tiga kamar yang dihuni. Terlihat banyak anak-anak yang tengah bermain dan berlari-lari mengejar satu sama lain. Jika saat akan ibadah, ruangan tersebut akan dibersihkan dan kursi-kursi ditata.
“Di lantai dua ada gerejanya. Mayoritas kristiani, karena dari lingkungan Tionghoa,” katanya.
Selain itu, di lantai satu bagian belakang juga terdapat tempat sembahyang umat Tionghoa. Namun tempat itu kini tidak digunakan, dan terdapat tumpukan barang-barang tak terpakai.
Suasana mistis rupanya memang benar masih ada. Menurut Tek Hay, tempat yang menyeramkan ada di belakang dan di tangga menuju lantai dua. Bahkan, beberapa orang yang memiliki kemampuan melihat mahkluk gaib mengatakan memang ada makhluk astral di bangunan itu.
“Kalau dibilang angker, ya ada. Karena gelap, dulu ga ada listrik dan bangunan lama kalau sekarang terang. Sebagian orang yang ngerti hal-hal supranatural mengatakan ada. Tapi penghuni disini nggak pernah diganggu. Tapi kadang ya ada orang yang melihat gitu,” ceritanya.
Tek mengatakan jika bangunan cagar budaya ini tidak pernah mendapat perbaikan dari Pemerintah Kota Surabaya. Padahal, banyak yang harus diperbaiki, seperti atap yang sering bocor. Saking tidak ada bantuan, akhirnya donatur yang memberi bantuan mengganti atap.
“Kalau ada yang memperbagus kita menerima. Selama ini ada niatan ke sana, tapi biayanya itu lho (mahal). Terutama atap bocor semua. Di dalam kamar dikasih atap lagi. Umurnya hampir 200 tahun Pernah kena petir bolong 2 meter, ada yang nyumbang dari donatur. Kalau ada donatur ndak usah sembako tapi perbaikan atap yang bocor. Pemerintah katanya mau perbaiki, apa lagi cagar budaya, tapi pemerintah tidak ada bantuan perbaikan,” pungkasnya.
Leave a Reply