Karawang – Sosok perempuan bergaun merah tengah menggendong anaknya selalu menampakan diri di sekitaran Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Adiarsa Karawang. Dari peristiwa mistis itulah, Rusunawa Adiarsa ini dikenal angker dan minim peminat.
Dari kesaksian warga, Junaedi (70) mengungkapkan pernah terjadi kesurupan massal para korban pengungsian banjir di Rusunawa.
“Kejadian kesurupan itu terjadi pada tahun 2010, di mana waktu Karawang mengalami banjir yang mengharuskan Rusunawa dijadikan sebagai tempat pengungsian penduduk. Pada saat itulah banyak warga kesurupan secara begiliran, dan melihat sosok perempuan bergaun merah tengah menggendong anaknya dan keliling di sekitaran Rusunawa,” katanya saat diwawancarai di Rusunawa, Selasa (11/10/2021).
Lanjutnya, sosok perempuan bergaun merah sering menampakan dirinya pada tengah malam.”Sosok perempuan gaun merah sering terlihat oleh warga sekitar kalau tengah malam,” terangnya.
Dari pantauan detikcom, Rusunawa Adiarsa yang dikenal angker di Karawang ini berlokasi di Kelurahan Adiarsa Barat, Kecamatan Karawang Barat. Saat ini dihuni oleh 24 KK (Kepala Keluarga) dan mempunyai 4 lantai dan 80 kamar.
Namun hanya lantai 1 sampai 3 yang berpenghuni, untuk lantai 4 dibiarkan kosong. Untuk kondisi gedung Rusunawa tampak tidak terawat secara keseluruhan dan semakin menambah kesan angker gedungnya.
Saat dikonfirmasi, Plt Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PRKP) Karawang, Dedi Ahdiat mengungkapkan Rusunawa dibangun oleh Kementrian PUPR pada tahun 2005 dengan lahan yang ditempatinya merupakan bekas kamar mayat milik Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang
“Mungkin alasan bekas ruangan kamar mayat itulah yang akhirnya membuat Rusunawa ini dikenal angker dan minim peminat. Padahal dalam sebulan warga hanya membayar untuk lantai 1 seharga Rp. 200.000, lantai 2 Rp. 150.000, lantai 3 Rp. 135.000 saja,” kata Dedi saat ditemui usai rapat di Kantor Bappeda Karawang.
Dikatakannya kembali, Rusunawa ini juga pernah dipakai untuk tempat istirahatnya para atlet Pekan Olahraga Daerah (Porda)
“Namun karena adanya alasan tertentu rumah sakit tersebut dipindahkan di tempat lain untuk diperbesar. Setelah rumah sakit tersebut pindah, maka bangunan ini dijadikan Rusunawa,” ungkapnya
Lanjutnya, Rusunawa ini juga diakui Dedi sering direnovasi dan dibenahi. Meski peminatnya masih kurang.”Kita sudah berupaya direnovasi dan sebagainya tapi peminatnya masih kurang. Sehingga ini juga berpengaruh terhadap perbaikan dan sebagainya. Karena harus diperbaikin terus sementara yang menghuninya tidak ada, sedikit,” jelasnya.
Selain itu Rusunawa yang sempat tidak ada yang menghuni beberapa tahun, akhirnya dimanfaatkan untuk tempat tinggal para atlet saat Pekan Olahraga Provinsi atau PORPROV Jawa Barat X tahun 2006, kemudian oleh serikat tani dan tidak berlangsung lama kembali banyak yang kosong.
“Ya dulu pernah dipakai buat PORPROV Jawa Barat tahun 2006, itu pun setelah selesai langsung kosong lagi, terus dipakai serikat tani, tapi tidak lama karena alasannya tidak betah,” katanya.
Tidak banyak warga yang menetap di bangunan bekas RS tersebut Foto: Yuda Febrian
Terkait rencana ke depan, Dedi menambahkan pihaknya akan kembali mengajukan pembangunan Rusunawa oleh Kementerian PUPR. Pasalnya, lokasi Rusunawa di Adiarasa tidak strategis. Lokasi yang diajukannya yaitu di Kampung Budaya Karawang Barat.
“Rencana ke depan kita sudah koordinasi dengan Kementerian PUPR, dengan direktur pengadaan rumah. Kan dianggap tidak strategis kurang strategis. Sehingga upaya lain dengan akan dibangun rusun lagi tempatnya di sekitar Kp Budaya ada tanah eks bina marga,” kata dia.
Untuk Rusunawa Adiarsa, kata Dedi, pihaknya akan membahas lebih lanjut untuk fungsi ke depankan. Akan tetapi kemungkinan tidak lagi sebagai Rusunawa, karena minim peminat.
“Sepertinya tidak akan jadi Rusunawa lagi, dan diganti fungsinya tapi itu tengah dipikirkan konsepnya,” tandasnya.
Leave a Reply