Bojonegoro – Pemimpin negeri tidak ada yang datang ke Bojonegoro karena bisa turun tahta atau lengser dipercaya karena mitos. Apalagi cerita itu menyebut ada jejak Majapahit di Kota Minyak ini. Hal itu diungkapkan salah satu penganut budaya Jawa yang tinggal di Bumi Angling Darma, Mbah Suri (62).
Kisah Pangeran Arya Penangsang yang menyeberangi Bengawan Solo terlebih dahulu untuk menyerang prajurit Pajang, merupakan legenda. Kesaktian Pangeran Arya Penangsang hilang secara tiba-tiba sehingga dirinya kalah dan mati dalam peperangan saat itu.
“Ini bisa diyakini jika ada pemimpin negeri yang masuk ke Bojonegoro, maka dia harus siap untuk kalah dalam artian siap lengser dari tahtanya,” tandas Mbah Suri kepada detikcom saat dikonfirmasi, Rabu (1/12/2021).
Peperangan saat zaman Kerajaan Majapahit, terang dia, menyebut siapa yang lebih dahulu menyeberangi Bengawan Solo berarti orang itu memasuki Bojonegoro. Maka dia akan mengalami kekalahan.
Dan Arya Penangsang tertusuk tombak Kiai Pleret di Bengawan Solo. Bengawan ini disebut tak jauh dari perbatasan Cepu-Ngawi. Peristiwa gugurnya Arya Penangsang yang sangat melegenda di Jawa itu terjadi sekitar tahun 1554. Prajuritnya melarikan diri ke arah Ngawi dan masuk hutan. Mereka disebut-sebut membangun tempat tinggal di hutan tersebut.
“Ini merupakan sebuah kepercayaan orang zaman dahulu yang mungkin masih dipercaya atau diugemi,” tambahnya.
Selama ini hanya satu presiden yang pernah berkunjung ke Bojonegoro yakni Bung Karno. Presiden setelahnya tak ada satu pun yang pernah menginjakkan kaki di Bojonegoro. Jokowi yang pada tahun 2017 seharusnya meresmikan sebuah proyek kilang minyak di Bojonegoro tiba-tiba membatalkan kehadirannya dalam acara tersebut. Kehadirannya digantikan Menteri ESDM Ignatius Jonan.
Leave a Reply