Jakarta – Saat hari masih pagi tepat 51 tahun yang lalu, sebuah kendaraan milik Nippon Trust Bank melintas di pinggiran bagian barat kota Tokyo, Jepang yang sepi menuju pabrik Toshiba di Nuchu, Tokyo. Mobil yang ditumpangi empat pegawai bank itu sarat akan uang tunai.
Rencananya uang tersebut akan dipakai membayar bonus bagi karyawan Toshiba. Belum lagi sampai ke tempat tujuan, tiba-tiba seorang pengendara motor polisi mengejar mobil itu.
Pengendara itu berteriak pada para penumpang mobil yang tak bersenjata memperingatkan akan ada ledakan. Hanya beberapa detik setelah “polisi” itu merunduk, gumpalan asap mulai mengepul dari bawah mobil.
“Polisi” tersebut lalu memekik, “Ini dinamit. Akan meledak!”. Tanpa dikomando lagi, para pegawai bank lari tunggang langgang menyelamatkan hidup. Meninggalkan mobil berisi uang hampir 300 juta yen dan tentunya pengendara motor polisi yang berteriak.
Saat tak ada lagi orang, “polisi” itu dengan tenang duduk di belakang kemudi mobil. Dia lalu pergi dengan uang 300 juta yen. Meninggalkan motor yang diparkir di pinggir jalan yang sepi. Pria muda ini tak pernah terlihat lagi setelah itu.
Peristiwa ini merupakan perampokan uang tunai terbesar di Jepang. Dan kemudian meninggalkan misteri yang tetap belum terpecahkan sampai lebih dari setengah abad kemudian.
Polisi Jepang melakukan penyelidikan besar-besaran yang melibatkan ratusan detektif. Sebanyak 118 ribu orang pernah dimintai keterangan atas kasus tersebut. Penyelidikan kasus itu bahkan disebut menghabiskan anggaran lebih dari US$ 12 juta.
Seorang pemuda berusia 19 tahun pernah dijadikan tersangka utama. Pemuda ini anak dari seorang polisi. Namun lima hari setelah perampokan, pemuda ini bunuh diri dengan menelan pil sianida. Ayahnya bersikeras putranya tak bersalah dan memang tak ada bukti kuat pemuda itu terlibat.
Setahun kemudian, seorang lelaki berusia 26 tahun masuk dalam daftar tersangka dan bahkan ditangkap. Lelaki ini bekerja sebagai sopir pada kantor pemerintah Kanada di Tokyo. Dia ditangkap karena wajahnya menyerupai sketsa yang dirilis kepolisian. Namun karena alibinya kuat, lelaki ini lalu dilepaskan.
Puluhan tahun berlalu kejahatan ini tetap terpatri dalam ingatan publik Jepang. Perampokan ini bahkan menginspirasi lahirnya sejumlah buku, film, drama televisi dan seri buku komik.
Belakangan perusahaan taksi Sanwa Koutsu Tama mulai menawarkan tur khusus dengan mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan kasus perampokan itu. The Asahi Shimbun melaporkan tur ini sangat diminati.
Para peserta tur selalu “kagum pada modus operandi yang berani dan brilian,” kata Masaya Sudo, 29, seorang sopir taksi yang bertugas sebagai pemandu seperti yang dituturkan pada The Asahi Shimbun.
Link Terkait:
Leave a Reply