Laut Merah, perairan yang membentang antara benua Afrika dan Asia, sangatlah memesona. Tak hanya soal sejarah dan pemandangan lanskapnya yang dibingkai gunung dan padang pasir, namun juga keindahan bawah lautnya.
Beberapa pesisir Laut Merah di Mesir sudah lama populer sebagai area snorkeling, diving sampai free-diving. Salah satunya ialah Blue Hole di Dahab. Tak hanya elok, perairan di sini juga sering disebut “yang paling mematikan di dunia”.
Baca Juga: Ramalan angka laut selatan
Meski telah banyak kasus hilangnya nyawa saat mengarungi perairannya, Blue Hole di Dahab tetap ramai didatangi penyelam yang penasaran menaklukkan medannya, mirip sensasi yang dicari pendaki di Gunung Everest atau Gunung Kilimanjaro.
Blue Hole adalah lubang bawah laut, dengan lebar sekitar 80 meter dan kedalaman lebih dari 100 meter.
Mengutip RushKult, area “terdangkal” di lubang ini tercatat sekitar 6 meter, yang dinamakan The Saddle. Lalu ada lengkungan mirip terowongan sepanjang 26 meter di kedalaman 55 meter, yang dinamakan The Arch.
Dari The Arch menuju lautan lepas, kedalamannya kembali turun menjadi lebih dari 1.000 meter.
Lanskap bawah laut di Blue Hole berupa karang, sehingga bisa ditemukan banyak kawanan ikan karang di sini.
Kuburan Penyelam
Hingga sepuluh tahun terakhir, sudah tercatat 200 kasus kematian akibat kecelakaan penyelaman di sini, sehingga objek wisata bahari ini menyandang predikat sebagai “kuburan penyelam”.
Seorang pria asal Mesir, Tarek Omar, mulai menjelajahi Blue Hole pada tahun 1992. Ia datang karena mendengar legenda kalau Blue Hole menjadi lokasi bunuh diri bagi orang-orang yang enggan dijodohkan dalam pernikahan.
Baca Juga: Review film terbaru
Mengutip The Guardian, Omar menjadi terkenal pada tahun 1997 ketika ia mengeluarkan mayat Conor O’Regan dan Martin Gara dari dalam air, mayat pertama yang ditemukan dari Blue Hole.
Sejak itu, dia telah mengeluarkan lebih dari 20 mayat, sehingga mendapatkan julukan yang mungkin terdengar suram: “pengumpul tulang”.
Kematian paling tragis di Blue Hole ialah yang dialami Yuri Lipski, pria Rusia-Israel yang menyelam dengan kamera untuk membuat dokumenter tentang The Arch namun malah mendokumentasikan ajalnya sendiri.
Faktor kematian di Blue Hole
Butuh persiapan matang sebelum menceburkan diri ke Blue Hole, terutama mengukur kemampuan diri dan kedalaman yang dituju.
Pada kedalaman 56 meter, ada lengkungan yang bisa dilewati yang mengarah ke perairan terbuka. Spot ini paling diminati.
Walau perairannya terlihat tenang, jangan meremehkan bahaya di Blue Hole.
Baca Juga: seputar liga wanita dunia
Alex Heyes, pengelola agen wisata menyelam H2O Centre, mengatakan kalau kepongahan menjadi faktor banyaknya penyelam yang tewas di Blue Hole.
Banyak dari mereka yang meninggal mencoba berenang di The Arch. Terowongan itu menembus ke Laut Merah. Pemandangannya, disebut Heyes, sangat indah, Mirip kemegahan katedral di bawah laut.
Tetapi penyelam bisa disorientasi selama berada di sana. Dikatakan Heyes, penyelam telah melaporkan melihat cahaya muncul dari terowongan dan, percaya itu adalah permukaan, kemudian berenang ke arah sana.
Pada kedalaman ini, ada kemungkinan untuk menyerah pada kondisi yang dikenal sebagai narkosis nitrogen, di mana menghirup gas dari tabung oksigen yang dibawa pada tekanan tinggi menyebabkan gangguan mental, dan terkadang fisik.
Menurut Dr James Caruso, dokter yang hobi menyelam, narkosis sering disebut “efek martini” di mana “saat penyelam masuk lebih dalam, tingkat keracunan meningkat dengan cara yang mirip dengan minum lebih banyak alkohol”.
Sama seperti alkohol, narkosis nitrogen mempengaruhi setiap orang secara berbeda, tetapi Caruso mengatakan, “tidak ada yang kebal dari kondisi ini, terutama yang menyelam terlalu dalam”.
Narkosis nitrogen diperparah dengan beban yang diangkut penyelam, misalnya ukuran tabung oksigen atau peralatan kamera, sehingga membuat penyelam tak leluasa berenang ke atas saat mulai kehabisan napas.
Kunjungi: Seputar bola indonesia dan luar negri
Kondisi narkosis nitrogen bisa dihindari dengan alat khusus. Tapi penyelam teknis seperti Omar dan Heyes juga membekali diri mereka dengan banyak pelatihan menyelam.
“Mereka ingin menyelam lebih dalam, tanpa membekali diri dengan ilmu menyelam yang dalam,” kata Omar.
Saat ini Blue Hole masih dikunjungi penyelam dari penjuru dunia, yang biasanya menyelam dengan satu tangki oksigen plus ditemani pemandu wisata berpengalaman.
Penyelam yang tidak memenuhi syarat sekarang dilarang oleh hukum untuk memasuki Blue Hole, demi mengubah citranya sebagai “kuburan penyelam”.
Related Keyword:
Leave a Reply